Dan ketika suatu kesalahan itu harus dibayarkan
dengan penyesalan.
Tulisan ini aku tulis untuk orang yang terlebih
aku sangat sayangi saat ini. Orang yang begitu kali ku sakiti.
Aku masih ingat benar saat itu, saat dimana aku
memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang boleh dibilang “sangat pendek” untuk
diakhiri. Aku masih ingat betul saat aku mulai menyesal (dulu) telah
menyia-nyiakanmu karena orang lain yang sebenarnya tak ku sayangi. Dulu, aku
yang meninggalkanmu dan aku yang berimu harapan lebih. Tapi mungkin semua itu
tak lagi berlaku untuk kehidupan kita berdua. Roda memang telah memutarkan
kisah cintaku dan cintamu. Kini ku berbalik menyayangimu lebih lebih dari dulu
yang km berikan untukku. Kini aku yang berbalik mengharapkan seribu tatapan
dari matamu, bahkan harapan hanya untuk mendapatkan beberapa pesan singkat yang
memang seharusnya bisa jadi semangatku saat aku merasa kesepian dan berhak
mendapatkan semangat dari orang yang aku sayang.
Sering kali aku menatap layar HP ku, bukan apa.
Tapi karena aku butuh seribu pemikiran untuk mengirimmu sebuah pesan singkat
ataupun tidak. Tak mungkin juga aku sebagai salah satu kaum hawa harus setiap
kali menanyakan kabar kamu seorang kaum adam dengan cara mengirimkan sebuah
pesan sms terlebih dahulu. Aku sudah seperti tak punyai harga diri dihadapanmu.
Memintamu kembali dengan berbagai
penyesalan yang ku simpan dalam hati.
Sayang, andai saja dulu aku tak menyakitimu,
andai saja dulu aku tak mengkhianatimu. Mungkin saja Tuhan punyai kehendak lain
dibalik hatiku yang terus menunggumu. Mungkin saja, Tuhan sedang menyiapkan
suatu yang indah untuk kita. Tapi bagiku, aku pikir rasa itu takkan kembali
hadir di antara kita, tapi kenapa Tuhan mengahdirkannya kembali bagiku dan
tidak bagimu?
Aku kini merindumu yang dulu, kamu yang bisa
menjaga hatiku lebih dari sebuah tangan yang bisa selalu menjaga telapaknya. Aku
merindukanmu yang dulu, yang selalu saja memberiku semangat bahkan saat aku tak
inginkan itu semua. Bahkan ketika kamu ku abaikan , dengan tenang kamu berusaha
membuatku tak mengabaikanmu. Ah itu dulu, bagimu mungkin sekarang adalah
sekarang, dan masalalu adalah masalalu yang harus ku lepas. Andai saja Tuhan
melepaskan masalalu ku dengan dia, mungkin aku sekarang sudah dapat belajar menyayangi
orang lain selain kamu.
Kamu tahu sekarang bagaimana rasa sakitku
ketika harus menerima berbagai pengabaianmu? Sudah lebih dari cukup dari sakit
yang mungkin aku berikan dulu kepadamu. Aku kini tak peduli bagaimana kata
setiap mulut yang terus mencaciku karena aku mengharapkanmu kembali. Sering
kali aku dibilang bodoh, tak waras, tapi sebisa mungkin aku bertahan
menunggumu, tetap menunggumu dan hanya menunggumu. Aku tak inginkan yang lain
saat ini, aku hanya menginginkanmu. Sumber kebahagiaan dalam hidupku. Tak kan
pernah ada yang lain. Hanya kamu, mantan yang ku nanti pelukmu dalam
kebahagiaan, bukan setiap tangisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar