Senin, 18 Maret 2013

aku menyesal, apa kamu tau?


Dan ketika suatu kesalahan itu harus dibayarkan dengan penyesalan.
Tulisan ini aku tulis untuk orang yang terlebih aku sangat sayangi saat ini. Orang yang begitu kali ku sakiti.
Aku masih ingat benar saat itu, saat dimana aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang boleh dibilang “sangat pendek” untuk diakhiri. Aku masih ingat betul saat aku mulai menyesal (dulu) telah menyia-nyiakanmu karena orang lain yang sebenarnya tak ku sayangi. Dulu, aku yang meninggalkanmu dan aku yang berimu harapan lebih. Tapi mungkin semua itu tak lagi berlaku untuk kehidupan kita berdua. Roda memang telah memutarkan kisah cintaku dan cintamu. Kini ku berbalik menyayangimu lebih lebih dari dulu yang km berikan untukku. Kini aku yang berbalik mengharapkan seribu tatapan dari matamu, bahkan harapan hanya untuk mendapatkan beberapa pesan singkat yang memang seharusnya bisa jadi semangatku saat aku merasa kesepian dan berhak mendapatkan semangat dari orang yang aku sayang.
Sering kali aku menatap layar HP ku, bukan apa. Tapi karena aku butuh seribu pemikiran untuk mengirimmu sebuah pesan singkat ataupun tidak. Tak mungkin juga aku sebagai salah satu kaum hawa harus setiap kali menanyakan kabar kamu seorang kaum adam dengan cara mengirimkan sebuah pesan sms terlebih dahulu. Aku sudah seperti tak punyai harga diri dihadapanmu. Memintamu kembali dengan  berbagai penyesalan yang ku simpan dalam hati.
Sayang, andai saja dulu aku tak menyakitimu, andai saja dulu aku tak mengkhianatimu. Mungkin saja Tuhan punyai kehendak lain dibalik hatiku yang terus menunggumu. Mungkin saja, Tuhan sedang menyiapkan suatu yang indah untuk kita. Tapi bagiku, aku pikir rasa itu takkan kembali hadir di antara kita, tapi kenapa Tuhan mengahdirkannya kembali bagiku dan tidak bagimu?
Aku kini merindumu yang dulu, kamu yang bisa menjaga hatiku lebih dari sebuah tangan yang bisa selalu menjaga telapaknya. Aku merindukanmu yang dulu, yang selalu saja memberiku semangat bahkan saat aku tak inginkan itu semua. Bahkan ketika kamu ku abaikan , dengan tenang kamu berusaha membuatku tak mengabaikanmu. Ah itu dulu, bagimu mungkin sekarang adalah sekarang, dan masalalu adalah masalalu yang harus ku lepas. Andai saja Tuhan melepaskan masalalu ku dengan dia, mungkin aku sekarang sudah dapat belajar menyayangi orang lain selain kamu.
Kamu tahu sekarang bagaimana rasa sakitku ketika harus menerima berbagai pengabaianmu? Sudah lebih dari cukup dari sakit yang mungkin aku berikan dulu kepadamu. Aku kini tak peduli bagaimana kata setiap mulut yang terus mencaciku karena aku mengharapkanmu kembali. Sering kali aku dibilang bodoh, tak waras, tapi sebisa mungkin aku bertahan menunggumu, tetap menunggumu dan hanya menunggumu. Aku tak inginkan yang lain saat ini, aku hanya menginginkanmu. Sumber kebahagiaan dalam hidupku. Tak kan pernah ada yang lain. Hanya kamu, mantan yang ku nanti pelukmu dalam kebahagiaan, bukan setiap tangisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar